Monday 24 September 2012

Aku Terpaksa Menikahimu!





  


Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.


Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.


Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.


Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.


Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.


Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.


Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, aku juga membenci kedua orangtuaku.


Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.


Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.


“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.


Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”


“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.


Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku.


Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera.


Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.


Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.



Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.


Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.


Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.


Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.


Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.


Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.


Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu., dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.


Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.


Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”


Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”



Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”


Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
 



Mari kita renungkan hikmah dari cerita ini, jangan sampai hal seperti ini terjadi kepada kita. Amin.. 
Read More




Meja Kantor Baru


Meja Baruuuuuuuuu !! Yeey !

Meja Baru semangat baruu... harus nya dari kemaren2 nih dapet meja kaya gini.
Meja yang kemaren sempit banget. Ga cocok buat orang kaya gw yang banyak barang
dan berantakan.
Hahaha

Tapi sekarang alhamdulillah meja nya udah di ganti, lebih luas.. udah gitu ada laci nya lagi.
yaah.. lumayanlah.

Udah ah, masih jam kerja nih, blogging nya ga tenang takut ketauan si bos. muehehe =D

Bye.
Read More




Wednesday 19 September 2012

Looking For the One



Is there anyone out there??..
Don't tell me you don't care
I wanna be held tightly, you know I need it tonight...
Is there anyone to show me the way?
Let me be free and walk away !!

I will betray..
I'll be betrayed..
 .
Looking for the One who can save my soul...
I'll eat too much  and then I will fast
Looking for the One who can save my soul...

There's an order in this world but it looks like something's wrong
Am I dumb, am I blind? Come around and give me a sign.
Let the curtains be open wide, i know the journey is not over..

I will be on the run my word will be a con...
Looking for the one who can save my soul :(
I will stand still and sorry I'll feel
Looking for the One who can save my soul :')

Read More




Monday 17 September 2012

Good Luck Bro..



Hari ini tes kerja teman seperjuangan saya Qboell. Semoga aja kamu terima saudara.
Kita buat omongan kita setaun yang lalu terwujudkan untuk bisa bekerja di satu kota, bahkan kalo ini lulus
kita bakalan kerja tidak hanya di satu kota, bahkan di satu perusahaan, dan di satu atap.

Ya Allah berilah kemudahan kepada kami semua..

Do the best brother !
Read More




Grade 2 ! Yeey






Padahal baru aja 2 kali pertemuan, tapi saya langsung dinaikin ke Grade 2. Wuuuw !! Senengnya!! Berarti saya menghemat waktu 1 tahun, karena setiap grade itu diadakan ujian kenaikan Grade cuma setaun sekali looh.

Hahaha !

Saya juga gatau kenapa Ka Ody (Guru Drums saya) langsung naikin saya ke grade 2, yang saya tau kenapa ka ody langsung naikin saya ke Grade 2 yaa karena ternyata sudah mengerti Notasi, saya sudah mengerti Rudiment

Loh ko bisa?

Bisa dong, kan saya otodidak sebelum saya belajar di Purwacara Music Studio, dan manfaat saya belajar otodidak itu saya rasakan sekarang, karena saya dapat menghemat waktu belajar saya selama 1 tahun !! wuuuw !

Semoga nanti langsung bisa naik ke Grade 3 yaaah Ka Ody !! =D Hahaha..


Read More




Harus Pisah



Ngga perlu lagi ada cinta yang harus tumbuh bersemi
Terlalu banyak sesal yang terjadi
Sudah lelah hati dengar janji-janji
Ngga perlu lagi
Selalu aja ada bergudang alasan
Rasanya kita memang ngga bisa sejalan
Ngga baik maksa yang ngga sehati
Nanti malah Cuma bikin sakit hati

Ngga perlu ada lagi senyum yang bikin kantong deg-degan
Percuma mati-matian berkorban
Berharap sikap bisa cepat berganti
Ngga ada perubahan!
Pernahkah terpikir tentang rasa kecewa
Dan lagu dengan judul hati yang luka
Ceritapun lalu penuh oleh masalah
Lebih baik memang harus ada yang mengalah

Ngga perlu bohongi diri kalau memang ngga punya cinta
Ngga usah terpaksa mengerti kalo cuman menambah beban

Biarlah sepi yang menemani berpisah mungkin jalan yang terbaik
Dewasakan diri lebih berarti ingatlah satu kalimat sakti
"Cinta nggak harus saling memiliki!" Hahaha.

Mungkin memang ngga mungkin bersama kalau tujuannya nggak searah
Bergandeng tangan tapi ngga bisa sejalan
Paksakan diri Cuma numpuk emosi
Hobby berjanji juga ingkari janji
Tawarkan tangis sudah jadi tradisi
Kenapa masih juga buang-buang energi
Jika memang selalu saja begini
Bukankah lebih baik jalan sendiri-sendiri!
Read More




Thursday 13 September 2012

Keep Steady Cloth*


Keep Steady"
T-SHIRT / TEES

100% Cotton with simplifited tees
water based print


available s/m/l/xl/xxl

Price : IDR 70 - IDR 105

Order : 0878 2998 3311 / 27743DB3
 
Untuk kamu yang mau pake design sendiri juga bisa, ga ada minimal order. pesen satu juga pasti kita layanin ko. Periode ini qt bebas ongkir looh ;)
 
 
Read More




Wednesday 12 September 2012

Simey Clothing

"Simey"
T-SHIRT / TEES

100% Cotton with simplifited tees
water based print

available s/m/l/xl/xxl

IDR 105.000

Order : 0878 2998 3311 / 27743DB3
Read More




Tuesday 11 September 2012

The Tormented



For the last time
You waste my tears now, no more torment.
But don't just say You've gone away……

You tell a fuckin' tale!
Swallow me and spit me out..

How do I get through of this?
I can't stand it anymore!

Can you see me?
"Smiling" when write this poem..
Right, now…
I just want to be alive

You know I was dying when you told me!
I'm not yours anymore!

You know I was dying when you told me!
You're just playing and fooling around with me ...

When the time you come and wake me
And when you bit my lips and kissed me there
And when you hold my hand and live my life tonight
When you said that you really love me
Were the worst fucking days!!

I'm dying and bleeding of my past
Now slit my throat and let me bleed

But suddenly you came to me, and begged me to be yours again
Right now you're holding my hand but Sorry baby, but, all I can say is

No...
Hell no…

Can you see, the time grows older, you blew my dreams away
It's all done; the time is over, I don't know how to say to you  .. !!
Read More




Monday 10 September 2012

Kecewa





Malam ini paket yang kukirimkan telah sampai padamu, tapi kesadaran yang aku harapkan itu tida tampak darimu dari bahasamu menyampaikannya padaku.

aku mengirimkan paket itu semata-mata karena aku ingin kamu tahu bahwa akulah yang tersakiti! kamu bohongin aku! sadar ga sih kamu !

gak usahlah kamu ungkit-ungkit kebaikanmu.. karna itu ga akan luluhin hati aku.. yang ada aku mallah makin sinis ke kamu !

kamu bongkar semua kebaikan kamu sekarang ? kenapa kebaikan kamu, pengorbanan kamu ga ada di pikiran kamu ketika kamu boongin aku! hah?! kenapa ga ada ?!

di Bogor aku setia! bahkan aku ga apal satupun jalan di sana karna aku ga pernah kemana-mana!

kamu ngerti ga sih? kamu mikir ga sih? ga ngerti ya? masih tetep ga ngerti?! hah!?

aku sakit! hati aku sakit!!

inikah balasanmu setelah semuanya yang kulakukan? satu kata kasar pun tak pernah kulontarkan dari mulut ini yang kutujukan padamu!

aku kecewa... aku terluka... !!


Read More




Damsell Clothing*

Damsell Clothing* adalah nama brand dari usaha saya. Berdiri baru saja hari ini tanggal 10 september jam 3 sore tadi.

Haha...
entah dari mana ide nya, tiba-tiba aja ada niatan buat baju dan bikin design dan brand sendiri. Semoga aja usahanya berjalan lancar, walaupun cuma iseng-iseng doang. Buat temen-temen yang mau order silahkan kontak saya di nomer 087829983311 atau juga bisa invite pin saya 27743DB3.

Saya kasih salah satu contoh design dari Damsell Clothing.

Ini salah satunya



Baju-baju diatas ada banyak macam ukuran, mulai dari S, M , XL dan banyak juga pilihan warnanya. Bahan baju berbahan dari katun TULEN haha. Harga baju saya murah ko, its only IDR 80 tapi itu belum termasuk ongkos kirim yaaa..
Untuk sementara ini posisi saya di Bogor, jadi cuma bisa ngirim yang berada di daerah pulau Jawa. Karena saya juga baru merintis bisnis yang kaya gini...
Semoga saja jangkauan saya nanti bisa semakin luas.

Terima Kasih sebelumnya. :)
Read More




Sunday 9 September 2012

Start Blogging Lagi.. Yeey !





Hari ini saya putuskan untuk blogging lagi, tapi tidak seperti blog-blog saya sebelumnya yang secara garis besar selalu berisi tentang pengetahuan, keunikan, dll.

Saya memutuskan blog ini sebagai blog pribadi saya yang akan saya posting sesuka hati saya =D. Oleh karena itu saya tidak akan menggembar gemborkan blog ini kepada khalayak banyak. Saya anggap blog ini sebagai diari online pribadi saya. Semoga saja dengan membaca postingan di blog ini, rekan-rekan yang membacanya mendapatkan manfaat serta inspirasi untuk melakukan inovasi.

Salam Saya

Rheza Fauzie,
Read More




Thursday 6 September 2012

Selamat Tinggal


Harapan, mimpi dan cinta yang lama dibina
Hancur seketika ketika memenuhi nafsu semu semata.

Teringat bibirmu berbicara akan menerima aku apa adanya.
Semuanya seperti tak terbukti.

Cinta, cinta, cinta..
Kuulangi terus kata itu sampai ga ada artinya.

Apa ini arti cinta?
Ketika ketulusan di balas dengan dusta?
Apa ini arti cinta?
Ketika kasih sayang di balas dengan kebohongan?
Apa ini arti cinta?
Ketika setia sudah tak berharga?

Entah ..
Sungguh rasa ini masih ada..
Perlahan memudar .. memudar .. memudar dan hilang.

Maaf..
Entah ini salah siapa.. Tapi disini aku luka..
Setelah berjuang melawan siksaan rindu yg terus melanda..
dan inikah balasanmu?

Pergilah! Ambilah semua rasa senang semu itu! Sudah cukup! Aku tak bisa percaya!

Tidakkah kau melihat kebelakang? Apa yang telah kulakukan? Apa yang telah kau lakukan? Apa yang telah kita lakukan?
Semua hancur dengan kebohonganmu!

Ingin sekali ku menamparmu, untuk membuatmu sadar.. Untuk membuat bangun dari mimpimu.. Untuk membuatmu bisa melihat apa yg kita lalui..

Sungguh malu jika harus berhenti.. Tapi semuanya sudah terjadi.. Kau yg menodai.. Kau yg menyakiti..

Menyakiti hati ini ...



Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML